Posts

20 Tahun Heaven of Love: Salah Satu Album Pop Tersukses Dekade 2000-an

Image
⭐⭐⭐⭐✫ Album "Heaven of Love" dari Ada Band telah menginjak usia 20 tahun. Jika dilihat lagi, keindahannya juga  terpancar dari sampulnya yang menenangkan. Sampul album ini memancarkan ketenangan dan keindahan, seolah-olah mengajak pendengar untuk merasakan kedamaian yang dihadirkan oleh musik di dalamnya. Rilis pada tahun 2004, album ini menjadi salah satu ikon dalam dunia musik pop Indonesia, khsuusnya pada dekade 2000-an. Keindahan visual dari sampul album ini berhasil menggambarkan esensi musik yang ada di dalamnya, membuat para penggemar merasa teduh. Secara musikal, "Heaven of Love" merupakan album pop dengan komposisi yang solid. Setiap lagu dalam album ini menunjukkan aransemen yang baik, untuk sebuah album pop. Masing-masing personil menunjukkan sumbangsih kreativitas tinggi, yaitu Donnie Sibarani, Krishna Balagita, Dika Satjadibrata, dan Marshal Surya Rachman. Aransemen musik yang rapi dan lirik yang beragam tema, yang menyentuh hati membuat album ini denga

20 Tahun Album Matraman: Sebuah Keberanian Dalam Eksplorasi Pesta Dansa

Image
⭐⭐⭐⭐⭐ Merayakan dua dekade sejak perilisan, album "Matraman" dari The Upstairs tetap menjadi salah satu karya terbaik dalam genre new wave Indonesia pada tahun 2000-an. Dirilis pada tahun 2004, "Matraman" membawa semangat independen yang kuat dan memperlihatkan keberanian luar biasa dalam eksplorasi musik pesta dansa. "Matraman" bukan hanya sebuah album, tetapi sebuah pernyataan. Dalam setiap lagunya, The Upstairs berhasil menggabungkan elemen-elemen new wave dengan tema-tema yang tidak umum  seperti "Apakah Aku Berada Di Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars" dan "Terekam (Tak Pernah Mati)". Mereka berhasil menghadirkan irama yang enerjik, dipadu dengan lirik yang di luar kebiasaan saat itu. Keberanian The Upstairs dalam "Matraman" terlihat dari cara mereka menantang batasan genre. Mereka tidak takut untuk bereksperimen dengan suara synthesizer yang mencolok, riff gitar yang menari dan vokal yang khas. Hasilnya adalah sebuah

REVIEW: Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan

Image
⭐⭐⭐⭐⭐ "Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan" karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan merupakan buku yang sangat relevan di era digital saat ini, menggabungkan konsep pemasaran tradisional dengan teknologi canggih untuk menciptakan pendekatan yang lebih manusiawi. Buku ini membahas bagaimana teknologi seperti AI, big data, dan Internet of Things (IoT) dapat digunakan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Para penulis menekankan bahwa meskipun teknologi memainkan peran yang semakin besar dalam pemasaran, inti dari pemasaran yang sukses tetap pada pemahaman mendalam tentang perilaku manusia dan membangun hubungan yang kuat dengan konsumen. Salah satu konsep utama dalam buku ini adalah "teknologi untuk kemanusiaan," yang menggarisbawahi pentingnya menggunakan teknologi tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman yang lebih bermakna bagi konsumen. Ini menc

10 Tahun Album "Weird": Matang dan Penuh Eksplorasi

Image
  ⭐⭐⭐⭐✰ Satu dekade telah berlalu sejak Neurotic merilis album perdana mereka, 'Weird'. Sebuah karya luar biasa yang tidak pernah usang untuk terus didengarkan. Album ini menunjukkan kemampuan musikalitas Neurotic yang di atas rata-rata, yang dihasilkan dari ide gila seorang JMono dan dieksekusi dengan penuh kesempurnaan. 'Weird' dibuka dengan intro berjudul 'Let's Get Weird', yang secara unik menggambarkan esensi dari seluruh album. Intro ini memadukan suara vokal yang dipecah layaknya cheerleaders dengan vokal khas JMono yang muncul di tengah lagu, memberikan kesan bahwa pendengar diajak untuk masuk ke dalam dunia Neurotic yang penuh dengan kejutan. Lanjut ke track kedua, 'Suara', yang memperlihatkan kemampuan Neurotic dalam menggabungkan nuansa musik 90-an dengan sentuhan synthesizer. Lagu ini mengajak pendengar untuk lebih intim dengan musik mereka, menciptakan garis merah yang khas di setiap nada. 'Aku Melangkah', track ketiga, menjadi b

Sigmun Rilis EP Berjudul Maladies

Image
  Sigmun, band psych/rock/metal yang dikenal sebagai salah satu band paling berpengaruh di Indonesia, kembali dengan merilis EP baru mereka yang berjudul Maladies. EP ini kini sudah tersedia untuk pre-order melalui halaman Tokopedia dari Orange Cliff Records. Tautan pre-order dapat ditemukan melalui bio akun Instagram @sigmun_. EP Maladies akan dikirimkan pada 10 Juli 2024, dengan edisi khusus vinyl emas yang dirilis secara eksklusif oleh Orange Cliff Records. EP ini merupakan kelanjutan dari single mereka yang dirilis pada tahun 2023, “Mazahare”. Maladies adalah kumpulan cerita dan mitos dari peradaban yang hancur, yang diceritakan dan diulang selama beberapa generasi, perlahan-lahan terdistorsi dan berubah saat diteruskan. Hal ini dijelaskan oleh @haikalazizis dalam sebuah blurb yang ia tulis pada pagi hari ini. EP ini menandai kembalinya Sigmun dengan gaya yang lebih kasar dan berani, sembilan tahun setelah album debut mereka yang legendaris, Crimson Eyes (2015). Dalam Maladies, Sig

20 Tahun Laskar Cinta: Eksplorasi dan Kematangan Artistik

Image
Dua dekade setelah perilisan album "Laskar Cinta" oleh Dewa 19 (Saat itu bernama "Dewa"), kita masih bisa merasakan raungan serta keindahan yang memancar dari setiap lagunya. Album ini tidak hanya menandai sebuah era baru bagi Dewa, tetapi juga menegaskan eksplorasi artistik dan kematangan musik yang mereka capai. Dengan penggabungan berbagai elemen musik, "Laskar Cinta" berhasil menciptakan harmoni yang kompleks namun penuh candu. Eksplorasi artistik dalam album ini sangat kaya dan beragam. Mulai dari lagu pembuka "Pangeran Cinta," yang langsung menghentak dengan nuansa rock yang padat, hingga "Cinta Gila," yang penuh distorsi. Di sisi lain, album ini juga menyajikan lagu-lagu dengan nuansa spiritual yang mendalam, salah satunya adalah "Satu." Lagu ini membawa pendengarnya pada perjalanan introspektif yang penuh makna. Liriknya yang puitis dan kontemplatif, dipadukan dengan melodi yang menenangkan, membuat "Satu" me

Marcel Thee: Sang Guru

Pada tahun 2010, saya pertama kali berkenalan dengan karya Marcel Thee melalui album "Manimal" dari bandnya, Sajama Cut. Album ini menjadi pintu gerbang saya untuk mengenal lebih dalam dunia musik yang diciptakan oleh Marcel Thee, dan sejak saat itu, kekaguman saya terhadapnya terus bertumbuh. "Manimal" adalah sebuah karya luar biasa yang berhasil menangkap perhatian saya sejak awal. Kemegahan musiknya, lirik yang keren, dan pengemasan album yang apik membuat saya langsung jatuh hati. Pengalaman mendengarkan "Manimal" menjadi momen penting yang membuka mata saya terhadap potensi luar biasa dari musik arus pinggir Indonesia. Kejeniusan Marcel Thee dalam menciptakan komposisi yang kaya dan orisinal membuat saya tidak hanya mengagumi karyanya, tetapi juga sosoknya sebagai musisi yang visioner dan tiada duanya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai mengoleksi berbagai rilisan Sajama Cut dalam berbagai format, mulai dari kaset, CD, hingga piringan hitam. Setiap