Posts

Showing posts from 2024

20 Tahun Heaven of Love: Salah Satu Album Pop Tersukses Dekade 2000-an

Image
⭐⭐⭐⭐✫ Album "Heaven of Love" dari Ada Band telah menginjak usia 20 tahun. Jika dilihat lagi, keindahannya juga  terpancar dari sampulnya yang menenangkan. Sampul album ini memancarkan ketenangan dan keindahan, seolah-olah mengajak pendengar untuk merasakan kedamaian yang dihadirkan oleh musik di dalamnya. Rilis pada tahun 2004, album ini menjadi salah satu ikon dalam dunia musik pop Indonesia, khsuusnya pada dekade 2000-an. Keindahan visual dari sampul album ini berhasil menggambarkan esensi musik yang ada di dalamnya, membuat para penggemar merasa teduh. Secara musikal, "Heaven of Love" merupakan album pop dengan komposisi yang solid. Setiap lagu dalam album ini menunjukkan aransemen yang baik, untuk sebuah album pop. Masing-masing personil menunjukkan sumbangsih kreativitas tinggi, yaitu Donnie Sibarani, Krishna Balagita, Dika Satjadibrata, dan Marshal Surya Rachman. Aransemen musik yang rapi dan lirik yang beragam tema, yang menyentuh hati membuat album ini denga

20 Tahun Album Matraman: Sebuah Keberanian Dalam Eksplorasi Pesta Dansa

Image
⭐⭐⭐⭐⭐ Merayakan dua dekade sejak perilisan, album "Matraman" dari The Upstairs tetap menjadi salah satu karya terbaik dalam genre new wave Indonesia pada tahun 2000-an. Dirilis pada tahun 2004, "Matraman" membawa semangat independen yang kuat dan memperlihatkan keberanian luar biasa dalam eksplorasi musik pesta dansa. "Matraman" bukan hanya sebuah album, tetapi sebuah pernyataan. Dalam setiap lagunya, The Upstairs berhasil menggabungkan elemen-elemen new wave dengan tema-tema yang tidak umum  seperti "Apakah Aku Berada Di Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars" dan "Terekam (Tak Pernah Mati)". Mereka berhasil menghadirkan irama yang enerjik, dipadu dengan lirik yang di luar kebiasaan saat itu. Keberanian The Upstairs dalam "Matraman" terlihat dari cara mereka menantang batasan genre. Mereka tidak takut untuk bereksperimen dengan suara synthesizer yang mencolok, riff gitar yang menari dan vokal yang khas. Hasilnya adalah sebuah

REVIEW: Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan

Image
⭐⭐⭐⭐⭐ "Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan" karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan merupakan buku yang sangat relevan di era digital saat ini, menggabungkan konsep pemasaran tradisional dengan teknologi canggih untuk menciptakan pendekatan yang lebih manusiawi. Buku ini membahas bagaimana teknologi seperti AI, big data, dan Internet of Things (IoT) dapat digunakan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Para penulis menekankan bahwa meskipun teknologi memainkan peran yang semakin besar dalam pemasaran, inti dari pemasaran yang sukses tetap pada pemahaman mendalam tentang perilaku manusia dan membangun hubungan yang kuat dengan konsumen. Salah satu konsep utama dalam buku ini adalah "teknologi untuk kemanusiaan," yang menggarisbawahi pentingnya menggunakan teknologi tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman yang lebih bermakna bagi konsumen. Ini menc

10 Tahun Album "Weird": Matang dan Penuh Eksplorasi

Image
  ⭐⭐⭐⭐✰ Satu dekade telah berlalu sejak Neurotic merilis album perdana mereka, 'Weird'. Sebuah karya luar biasa yang tidak pernah usang untuk terus didengarkan. Album ini menunjukkan kemampuan musikalitas Neurotic yang di atas rata-rata, yang dihasilkan dari ide gila seorang JMono dan dieksekusi dengan penuh kesempurnaan. 'Weird' dibuka dengan intro berjudul 'Let's Get Weird', yang secara unik menggambarkan esensi dari seluruh album. Intro ini memadukan suara vokal yang dipecah layaknya cheerleaders dengan vokal khas JMono yang muncul di tengah lagu, memberikan kesan bahwa pendengar diajak untuk masuk ke dalam dunia Neurotic yang penuh dengan kejutan. Lanjut ke track kedua, 'Suara', yang memperlihatkan kemampuan Neurotic dalam menggabungkan nuansa musik 90-an dengan sentuhan synthesizer. Lagu ini mengajak pendengar untuk lebih intim dengan musik mereka, menciptakan garis merah yang khas di setiap nada. 'Aku Melangkah', track ketiga, menjadi b

Sigmun Rilis EP Berjudul Maladies

Image
  Sigmun, band psych/rock/metal yang dikenal sebagai salah satu band paling berpengaruh di Indonesia, kembali dengan merilis EP baru mereka yang berjudul Maladies. EP ini kini sudah tersedia untuk pre-order melalui halaman Tokopedia dari Orange Cliff Records. Tautan pre-order dapat ditemukan melalui bio akun Instagram @sigmun_. EP Maladies akan dikirimkan pada 10 Juli 2024, dengan edisi khusus vinyl emas yang dirilis secara eksklusif oleh Orange Cliff Records. EP ini merupakan kelanjutan dari single mereka yang dirilis pada tahun 2023, “Mazahare”. Maladies adalah kumpulan cerita dan mitos dari peradaban yang hancur, yang diceritakan dan diulang selama beberapa generasi, perlahan-lahan terdistorsi dan berubah saat diteruskan. Hal ini dijelaskan oleh @haikalazizis dalam sebuah blurb yang ia tulis pada pagi hari ini. EP ini menandai kembalinya Sigmun dengan gaya yang lebih kasar dan berani, sembilan tahun setelah album debut mereka yang legendaris, Crimson Eyes (2015). Dalam Maladies, Sig

20 Tahun Laskar Cinta: Eksplorasi dan Kematangan Artistik

Image
Dua dekade setelah perilisan album "Laskar Cinta" oleh Dewa 19 (Saat itu bernama "Dewa"), kita masih bisa merasakan raungan serta keindahan yang memancar dari setiap lagunya. Album ini tidak hanya menandai sebuah era baru bagi Dewa, tetapi juga menegaskan eksplorasi artistik dan kematangan musik yang mereka capai. Dengan penggabungan berbagai elemen musik, "Laskar Cinta" berhasil menciptakan harmoni yang kompleks namun penuh candu. Eksplorasi artistik dalam album ini sangat kaya dan beragam. Mulai dari lagu pembuka "Pangeran Cinta," yang langsung menghentak dengan nuansa rock yang padat, hingga "Cinta Gila," yang penuh distorsi. Di sisi lain, album ini juga menyajikan lagu-lagu dengan nuansa spiritual yang mendalam, salah satunya adalah "Satu." Lagu ini membawa pendengarnya pada perjalanan introspektif yang penuh makna. Liriknya yang puitis dan kontemplatif, dipadukan dengan melodi yang menenangkan, membuat "Satu" me

Marcel Thee: Sang Guru

Pada tahun 2010, saya pertama kali berkenalan dengan karya Marcel Thee melalui album "Manimal" dari bandnya, Sajama Cut. Album ini menjadi pintu gerbang saya untuk mengenal lebih dalam dunia musik yang diciptakan oleh Marcel Thee, dan sejak saat itu, kekaguman saya terhadapnya terus bertumbuh. "Manimal" adalah sebuah karya luar biasa yang berhasil menangkap perhatian saya sejak awal. Kemegahan musiknya, lirik yang keren, dan pengemasan album yang apik membuat saya langsung jatuh hati. Pengalaman mendengarkan "Manimal" menjadi momen penting yang membuka mata saya terhadap potensi luar biasa dari musik arus pinggir Indonesia. Kejeniusan Marcel Thee dalam menciptakan komposisi yang kaya dan orisinal membuat saya tidak hanya mengagumi karyanya, tetapi juga sosoknya sebagai musisi yang visioner dan tiada duanya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai mengoleksi berbagai rilisan Sajama Cut dalam berbagai format, mulai dari kaset, CD, hingga piringan hitam. Setiap

20 Tahun Album Bintang di Surga: Sebuah Jejak Gemilang Peterpan

Image
Pada tahun 2004, industri musik Indonesia digemparkan oleh rilisnya album kedua Peterpan yang berjudul "Bintang di Surga". Kini, dua dekade kemudian, album ini tetap menjadi salah satu karya paling ikonik dan berpengaruh dalam sejarah musik tanah air. Mengusung genre pop rock yang enerjik, album ini sukses besar secara komersial dan menciptakan tren baru di kalangan anak muda. "Bintang di Surga" adalah mahakarya yang sempurna dalam segala aspek. Setiap lagu dalam album ini memiliki daya tarik tersendiri, menjadikannya sangat menjual dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Lagu-lagu seperti "Ada Apa Denganmu", "Kukatakan Dengan Indah", "Mungkin Nanti", dan tentu saja "Bintang di Surga" menjadi hits besar yang tidak hanya sering diputar di radio, tetapi juga menjadi anthem bagi generasi muda pada masa itu. Salah satu dampak terbesar dari album ini adalah bagaimana ia mempengaruhi cara anak muda Indonesia belajar musik, khusus

Review Buku "Behind The 8th Ball" karya Irfan Sembiring

Image
"Behind The 8th Ball" adalah sebuah buku yang ditulis oleh almarhum Irfan Sembiring, seorang figur penting dalam sejarah musik metal Indonesia. Buku ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan musik metal di tanah air, tetapi juga mengabadikan semangat, perjuangan, dan kisah inspiratif dari sang penulis yang juga merupakan aktor utama dalam cerita tersebut. Irfan Sembiring, yang dikenal luas sebagai pentolan band metal Rotor, menyajikan narasi yang kaya dan penuh warna tentang perjalanan musik metal di Indonesia. Buku ini membawa pembaca menelusuri lorong-lorong sejarah yang penuh dengan liku-liku dan dinamika yang menegangkan namun mengasyikkan. Dari mulai pembentukan band, perjuangan di tengah ketidakpastian, hingga meraih popularitas di kancah musik lokal dan internasional. Salah satu kekuatan utama buku ini terletak pada gaya penulisan Irfan Sembiring yang jenaka namun penuh makna. Irfan mampu mengolah kisah-kisah serius menjadi cerita yang menghibur tanpa mengurangi es

Electronic-industrial pioneer MARK PISTEL (Meat Beat Manifesto, Consolidated) takes OCTAVIAN WINTERS for a wild spin on 'Velveteen'

Image
American electronic - EDM trailblazer Mark Pistel (Consolidated, Meat Beat Manifesto) recently joined San Francisco post-punk outfit Octavian Winters on their new release 'Nebula / Velveteen (Mark Pistel Remix)' (out now via Stratis Capta Records). Now they share the video for Pistel's remix of 'Velveteen', created by filmmaker David Kruschke,   A producer, engineer, programmer, remixer and songwriter active since the 80s, Mark Pistel founded the band Consolidated and has been with Meat Beat Manifesto since 1997. From his Room 5 studio, he has worked with The Disposable Heroes of Hiphoprisy, Grace Jones, Therapy?, MC 900 Foot Jesus, Machines of Loving Grace, Hector Zazou, Mark Stewart, Lee Scratch Perry, Cabaret Voltaire's Stephen Mallinder and Fishbone's Angelo Moore. Formed in 2022, Octavian Winters is guitarist Stephan Salit (Thrill of The Pull), drummer Randy Gzebb (Thrill of The Pull, Love Club), bassist Jay Denton and Ria (Amenti) Aursjoen on vocals an

Belantara22 Records Ikuti Sosialisasi Kekayaan Intelektual

Image
  Label musik independen asal Kabupaten Kendal yang bernama  Belantara22 Records diundang oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) Kabupaten Kendal untuk mengikuti sosialisasi kekayaan intelektual (KI). Acara ini ditujukan bagi para inovator daerah, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan para pegiat seni, termasuk di dalamnya adalah label Belantara22 Records . Belantara22 Records sendiri sudah berdiri sejak tahun 2013 di Depok, Jawa Barat. Label ini sempat merilis beberapa rilisan fisik dari musisi kampus dalam kuantitas terbatas. Saat ini, Belantara22 Records berdomisili di Kendal, Jawa Tengah dan fokus pada usaha toko musik offline yang menjual berbagai jenis kaset, CD dan piringan hitam. “ Sosialisasi Kekayaan Intelektual ini sangat bermanfaat bagi usaha kreatif seperti Belantara22 Records. Dari sosialisasi ini, saya tergerak untuk mendaftarkan merek usaha saya tersebut. Dari pendaftaran merek tersebut, pendaftar akan mendapatkan hak eksklusif dalam menggunaka

Iconic artist PERRY BLAKE presents 'Concertina' single & honours beloved collaborator FRANÇOISE HARDY

Image
Ahead of releasing his new album 'Death of a Society Girl', Irish singer-songwriter Perry Blake presents the light-filled cinematic single 'Concertina', following the epic title track 'Death of a Society Girl' featuring Paul McGann, best known for his roles in BBC's 'Doctor Who', 'Withnail & I', 'Empire of the Sun', 'Alien 3' and 'Queen of the Damned'. Out on June 21 via Moochin' About Records, this album marks 26 years for Blake as a recording artist. It's also his first music in five years, following the critically acclaimed ‘Songs of Praise’ (5 Stars MOJO). Very much of the here and now, this album also offers traces of Perry’s previous heady work - not dissimilar to his French Top-40 eponymous debut album - finding Perry at the height of his powers. The 'Death of a Society Girl' album was co-written and co-produced with long-term collaborator Graham Murphy (Clannad, Sharon Shannon, Marie Brennan

Legendary shoegazers THE VELDT share 'In A Quiet Room (Live at KEXP)' as they launch Japan headliner tour

Image
American shoegaze legends The Veldt present 'In A Quiet Room', an immersive audio-visual experience that takes the listener to the studio of Seattle's KEXP Radio, where they recently recorded a full live session. At the same time, hot on the trail of a series of US east coast tour dates with Ringo Deathstarr, The Veldt will now be heading across the Pacific Ocean for a 3-week Japan tour in support of their 'Illuminated 1989' album, out now via Portland's Little Cloud Records and North Carolina's 5BC Records.  Formed in North Carolina in the 1980s, The Veldt's heady and sensual blend of shoegaze and progressive soul, dreamy soundscapes and infectious grooves makes them stand out among the world's most notable first-wave shoegaze bands. The band's core is Daniel Chavis (vocals, guitar), Danny Chavis (guitar) and Hayato Nakao (bass, programming).  'Illuminated 1989' is the original full-length record produced by Cocteau Twins' Robin Guth

Sudah Saatnya Ahmad Dhani Dapat Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa

Ahmad Dhani, nama yang sudah tidak asing lagi di ranah musik Indonesia. Sejak awal karirnya, Dhani telah menunjukkan dedikasinya yang luar biasa terhadap dunia musik dan kebudayaan Indonesia. Melalui karya-karyanya yang komersil dan berpengaruh, sudah saatnya Dhani mendapat pengakuan formal dalam bentuk gelar kehormatan Doktor Honoris Causa. Kontribusi Ahmad Dhani terhadap musik Indonesia tidak bisa diremehkan. Sebagai pendiri dan anggota dari band Dewa 19, Dhani telah menciptakan banyak lagu yang menjadi klasik dan dicintai oleh berbagai generasi. Musik Dewa 19 menggabungkan berbagai genre, dari rock hingga balada, menciptakan harmoni yang unik dan inovatif. Keberanian Dhani dalam bereksperimen dengan berbagai elemen musik telah membuka jalan bagi banyak musisi muda untuk berani mengeksplorasi dan berinovasi dalam karya-karya mereka. Selain kontribusinya sebagai musisi, Dhani juga dikenal sebagai produser yang handal. Ia telah memproduseri banyak artis dan band terkenal di Indonesia,

Resensi Buku "This Album Could Be Your Life: 50 Album Musik Terbaik Indonesia 1955-2015"

Image
"This Album Could Be Your Life: 50 Album Musik Terbaik Indonesia 1955-2015" adalah sebuah karya literasi yang berani dan penuh ambisi. Disusun oleh para pakar dan pencinta musik Indonesia, buku ini tidak hanya menampilkan daftar album musik terbaik selama enam dekade, tetapi juga menantang pembaca untuk menengok kembali sejarah musik Indonesia yang kaya dan beragam. Keberanian merupakan elemen kunci dalam buku ini. Memberikan penilaian terhadap karya musik, terutama yang dianggap klasik atau ikonik, bukanlah tugas yang mudah. Penulis buku ini berani menghadapi tantangan tersebut, menyusun daftar yang komprehensif dan penuh pertimbangan. Setiap album yang terpilih dalam buku ini tidak hanya dinilai berdasarkan popularitasnya, tetapi juga pengaruh dan kontribusinya terhadap perkembangan musik Indonesia. Buku ini menjadi panduan penting bagi generasi mendatang, menyediakan wawasan yang mendalam tentang karya-karya musik Indonesia yang fenomenal dari tahun 1955 hingga 2015. Denga

Experimental UK artist NICK HUDSON explores an oligarch's dark fate on 'Sky Burial While Alive'

Image
Brighton experimental artist  Nick Hudson  presents   'Sky Burial While Alive' ,  the latest audio-visual offering from his new album  'Kanda Teenage Honey' , an expansive 16-track collection recorded in a former Soviet movie studio in Georgia in the build-up to the country's current unrest, which was recently covered in  Billboard . The song features a prologue text on dictators, spoken by  Alfreda Benge  - collaborator and wife of legendary British composer  Robert Wyatt . The video was filmed at the Bologna villa that was used in  Pasolini’s 'Salo'  (1975) - itself a notorious and damning critique of fascism - and in a Tbilisi art space with a cast of international performers/artists. “'Sky Burial While Alive' takes its imagery from a scene in my novel  'Inheritance' , whereby an oligarch, upon finding his power challenged and his assets diminished, retreats to a Swiss bank vault only to have 7 griffon vultures perform a sky burial upo

BEAUTY IN CHAOS surfaces with 'Diving For Pearls' feat. THE MISSION titan WAYNE HUSSEY & CINTHYA HUSSEY

Image
LA-based collective  Beauty In Chaos   presents   'Diving For Pearls' , featuring  The Mission   trailblazer  Wayne Hussey  and  Cinthya Hussey , his wife and partner in  Archeometre . Accompanied by an alluring overlapping-reality video, this is the first offering from the forthcoming record by the revolving evolving sonic entity that is  Beauty In Chaos , formed in 2018 by guitarist  Michael Ciravolo . Entitled 'Dancing With Angels', the full-length album is set for world-wide release on July 24. As BIC's curator,  Ciravolo  describes the new track as “a torrid earworm of a song with lots of swirling layers”. This ‘single version’ was mixed by the legendary  Tim Palmer , whose production and mixing credits include  The Cure, U2, David Bowie, Robert Plant, HIM  and  The Mission , among many other notable artists. “I have been fortunate once again to mix Beauty In Chaos' latest offering and it’s a beauty! But beware, you can’t just hear it once as it will stay w