Obrolan Sederhana Dengan Supergroup, The Dance Company


1.    Bagaimana sejarah singkat awal pembentukan band The Dance Company ?
Tahun 2007 kebetulan kita punya suatu acara bareng-bareng bersama, untuk konferensi perubahan iklim di PBB di Bali, dan disitu saya mengajak temen-temen yang udah akrab, dari jaman kita solo salah satunya dari mas pongky, mas baim, untuk ikutan nyanyi bareng, dan akhirnya kita ketemu disitu, akhirnya ini mas aryo orang yang terakhir ikutan, karena namanya skip, dalam memory handphone saya, pas hari h-nya kita berangkat bareng, ariyo belakangan, ke bali dan akhirnya kita ngumpul, disaat banyak waktu luang, kita berempat ketawa-ketiwi karena dari dulu maenan bareng temenan, barulah, muncul konsep lagu itu, dari situ langsung muncul omongan dari mas pongky, wah ini seru banget kalo dijadiin beneran yah, gitu lho, bukan sekedar genjrang genjrengan ga ada tujuannya, kita sambut, karena kita saat itu sedang dalam masa masing-masing pribadi inspirit semuanya nih. Pongky lagi gamang sama jikustik, ariyo juga lagi bosen main film, baim sama ada band, saya juga lagi proyek solo aja, waktu itu masih projek solo, disitulah ketemu dengan enerji yang sama dalam konsep lagu yang nggak kita pikirin mau jadi apapun, yang penting rock, bukan rock n roll ya, pokoknya bebas merdeka, jadilan nanaanananananaa (menyanyi) papas going down baby (menyanyi) itu ada videonya pas lagi kita bikin lagu. Disitulah mulanya kita kayak ngerasa ada suatu kesepakatan tidak tertulis bahwa kita seru-seruan, empat seru nih, astaga babyeeeh. Dan akhirnya kita seriuskan untuk membuat, lagu-lagu berikutnya, yang sebelumnya mau dikeluarin satu aja, papa rocknroll itu dan ga kepokiran buat album, dan kita mau langsung bubaran aja, akhirnya diterima oleh nagaswara, malahan tanpa dia dengerin album kita, pokoknya langsung diterima dan pasti jamin, “oh yang bener pak, kita belum tau lagunya” gapapa mas, pasti saya terima kok, dan disitulah sebenernya makin tajem, statement kita untuk senang-senang bersama, dengan album-album kita, kita mau bikin musik dengan seneng-seneng bareng mungkin, yang nyampe tahun ini. Awalnya sih gitu, dari pertemuan yang tujuannya bukan untuk negband bareng, tapi malah jadi sebuah sinergi,
2.    Trus bagaimana bisa tercetus nama The Dance Company ?
Kayaknya nih mas pongky, hehehe. Sebenarnya yang mau gue bikin itu awalnya boyband. Bukan band. Perbedaannya, sebelum boyband merambah, waktu itu kan lagi jamannya musim melayu. Kita berpikir bagaimana kalo bikin format bikin boyband aja, untuk biar bisa muncul dengan boyband, makanya namanya juga harus keren. Nah, nama-nama boyband yang kita tahu waktu itu, adalah backstreet boys, boys 2 man, NKTOB, jadi harus nama yang sekaliber itu, waktu kita lagi di bis dan ngobrol, ngelewatin sanggar tari yang namanya the dance company, di bali, trus kita lihat itu kok namanya bagus ini, lalu kita jejerin kayak backsteet boys, dan the dance company. Masih oke gitu kan. Itu awal namanya,
3.    Kalian kan vokalis semua, kenapa memilih Ariyo Wahab sebagai vokalis utamanya?
Situasinya begini, semua pada saat itu ya. Ini jawaban real, pada saat itu, saya baru keluar dengan selamat malam dunia, mas nugi lentera jiwa, lo solo ya? Ariyo yang masih antara nih baru nih, masih belum ada, dari felem dia. Nah, waktu itu juga kebetulan istri-istri kita meeting disebelah. Kita disini istri disebelah. Mereka menyarankan gini, aryo aja. Sebelumnya dia mau menjadi drummer, semuanya menjadi drummer. Kalo saya sih apa yang kosong aja. Si vokalis ditentukan oleh istri-istri, udah aryo aja seger. Dalam artian gini, secara suara, semuanya bisa ngeluarin. Begitu diradio keluar, ketauan ini pongky, ini baim ini nuggie. Ga ada yang fresh. Kalo suara aryo, wah ini siapa ya? Pas istri-istri sepakat. Oke mah oke mah. Semuanya udah keiisi, maka dari itu saya main bas ini gara-gara kuldesak. Kupilihdenganterdesak. Segitu gampang kita memutuskan, tanpa mikir ternyata dampaknya panjang.
4.    Pengaruh musisi-musisi mana yang kalian terapkan untuk konsep musik The Dance Company ini?
Sebenarnya sih dari background musik kita beda-beda, gue sendiri suka stones, bahkan kita dari rolling stone sampai tommy page, itu lho, nah itu justru yang menjadi kunci kita, bisa membuat musik lebih variatif yak, nah intinya kalo ditanya ya, kebahagiaan kita sendiri, ketika kita membuat suatu karya yang, lain bisa bahagia, kita bisa membuat karya itu sendiri. Tadi menurut gue yang nuggie cerita itu, kita kan emang ditemuan dalam kondisi yang lagi suck, segala macem kan. Tapi kan kita tidsitu aja kan. Justru kita bisa, lebih kreatif gitu lho.
5.    Kalian kan rata-rata bisa memainkan banyak alat musik, saat tampil atau manggung, suka gonta-ganti alat musik tidak? Contohnya Ariyo jadi drummer dan Baim jadi Vokalis gitu.
Karena satu dan lain hal, akhirnya kita pernah manggung juga ga lengkap, jadi posisinya harus diganti posisinya oleh orang lain. Misalnya kita cuman bertiga. Misalkan dulu pernah kita, tapi dance company namanya. Tapi kita pake, additional player segala macem. Jadi posisinya sata (nugie) dari drum jadi nyanyi, akdang-kadang, kalo pas lagi lengkap pun ditukar, saya jadi main gitar sambil nyanyi, dan baim main drum. Ajdi mau ga mau, mengalir aja gitu, jadi kita ga pengen jadi pagelaran yang cuman nyanyi, karena ada entertainmennya. Kalo implmentasi ke album, kita kan masing-masing personil tidak punya waktu yang banyak, jadi kalo di album masing-masing dalam porsi kita. Dan kita ngerjain di rumah masing-masing, baru gitarnya dikerjain di tempatnya mas baim.
6.    Kan banyak yang menyebut kalian sebagai supergroup nih, apakah masing-masing personil boleh bersolo karir atau mengerjakan proyek sendiri?
Intinya jalan bersama sih, antara tdc dan solo. Karena kita nggak mau juga menggantungkan, tanda kutip ke salah satu projek, dalam karir musik kita. Karena kan musik kita, buktinya apa? Buktinya mas pongky tetap punya proyek solonya juga. Mas baim punya album gitar, album solo, mas aryo juga punya album band, saya sendiri punya album yang lain, jadi harus sejalan semuanya, karena konsepnya itu tadi, kita ga mau semua membatasi seperti yang kta lakukan dulu kita. Eksistensi musikalitas kita selama ini, gaboleh dibatasi oleh salah satu komitmen. Komitmen itu, bukan di dalam band. Tapi dalam kebahagiaan, “lo harus bahagia dulu nih sebelum bisa kita bareng” kalo ga bareng, kalo ga bahagia ga bakal bareng. Itu doang, jadi ga pernah ada nomor satu prioritas atau segala macem. Cuman memang pada saat-saat tertentu, mau ga mau harus punya komitmen. “oh ini lagi ada promo, itu kita genjot” jamannya mas aryo sama fos dia ke hadrock calling london, dan segala macem kan, itu prioritasnya dia. Tapi bukan ini jadi nomor satu nomor dua ya, karena masing-masing punya timing waktu yang pas.
Solonya masing-masing memperbolehkan kita main di the dance company, karena kita berangkat dari solo, kalo mereka bertiga ya, kalo saya kan lulusan band, yang recently, kalo mereka kan keluarnya kan sudah lama, kalo saya baru cabut dari band yang lama. Karena mereka masing-masing berkarir solo, sementara saya baru akan berkarir solo. Tapi ketika saya akan bergabung dengan mereka, memang saya kepikiran untuk bikin band yang lain, kalo band ya ii, kalo underproject kan yang solo. Ato duet dengan istri, udah itu.
Ini berarti band terakhirnya mas pongky ya?
Belajar dari pengalaman mas baim, dia bilang “jangan pernah bilang ini band terakhir” tapi lakukan dengans erius apa yang kamu jalanin, saya lebih memilih kalimat itu, karena saya tidak pernah berpikir pernah tau apa yang terjadi, tapi kita tidak akan membuat ini jadi susah, kayaknya itu aja tuh yang menenangkan, tidak akan jadi ribet lah, kalo iya ya iya, jalanin aja gitu
Kalo saya liat pongky dari dulu bukan pemain band, tapi pemain solo, saya melihat dari dulu dia ya pongky, meski dia ngeband, ya tetep pongky, jadi meski udah cabut ya ga ada bedanya
7.    Kalian kan musikalitasnya tinggi dalam penciptaan lagu, bagaimana proporsi dalam pembuatan lagunya selama ini?
Prinsip kita tuh kolaboratif, jadi pola kerja di the dance company itu kolaboratif. Kenapa gitu, karena kita persiapan, dengan kita kolaborasi berempat ini, kita memainkan hal-hal yang berbeda dari karakter kita, contoh, pongky sebagai band yang dulu, tidak mungkin bisa menyanyikan lagu papa rocknroll, hanya gitu, nuggie, juga ga bisa memainkan lagu biadab di karirnya dia. Jadi kita harus kolaborasi agar menjadi satu warna untuk menjadi musik yang satu the dance company itu. Kalo ngomongin siapa yang dominan ato yang siapa yanga apa, itu tergantung pada ide sebenarnya. Kayak lagu extraordinary yang diawali oleh nuggie, nah pasti ada saat nuggie berhenti dan gamau terusin, trus dikasi ke saya atau ke baim misalnya. Memang kita biasa memproduksi, nantis etengahnya diterusin, antara saya ato baim, lalu liirik ini diaksihkan ke aryo. Aryo memang bukan songwriter, dia spesifikasinya bukan songwriter, tapi dia kalo bola itu ujung tombak atau strikker, dan akan nerusin. Tapi kita percaya kpada dia sebagai orang yang menentukan, jika tidak percaya kita akans elalu terhambat nih. Eksekutornya ini harus kita percayakan nih, selain itu aryo guga ga diem-diem aja, dia percaya apa yang dibikin baim itu dimaksudkan untuk keren, tapi ga akan asal gitu loh. Vokalis juga punya posisi yang nggak pusing tuh. Tapi gue bilang “tugas lo Cuma dua, ga boleh fals dan keliatan keren terus, karena lo vokalis” oke sepakat, yaudah kita selamat. Iku kan sudah tugas dia, itu yang elementer buat band ini, kalo namanya vokalis emang gitu, gaboleh fals emang mutlak. Kedua, dia emang tetep terjaga gitu ya sebagai vokalis. Jadi ini tergantung dari siapa yang menuntaskan, lirik biasanya kita kasih celah ke aryo untuk mengkritisi, karena dia nanti yang nyanyi, kalo aryo nyanyi bunga di taman indah berwarna warni itu ga cocok, harusnya gini, gue ga bisa nyanyi ini. Kalo aku contoh paling gampang lagu papa rockn roll. Tema kita ya ungkapin apa aja sebagai anak band. Kita kesana-kesini kadang-kadang ga ada duit. Nah disitu aryo menuntaskan, bagaimana kita berkolaborasi. Bagaimana kita menuntaskan, siapa yang ngebawa, siapa yang ngegolin,
8.    Buat Ariyo, Kan Ariyo punya band yang punya prestasi nih, FOS yang sudah tampil di Hardrock Calling di London. Sebenarnya, mana yang lebih utama? The Dance Company ataukah FOS? Lebih senang main dimana?
Di dua-duanya, dan gue bersyukur punya temen-temen seperti ini, seperti FOS yang mengerti semua, jadi kita bukan di taraf-taraf yang ribut-ribut seperti “ya proyek lain ato segala macem ya” jadi kalo ditanya, dua-duanya, secara bermusik dua-duanya suka.
Saya dari awal emang suka bikin trackrecord saya di musik harus bagus. Nah, saya ketemu sama temen-temen yang hebat nih. Bisa diajak sama-sama dan saya bisa belajar banyak sama mereka nih. Nah awalnya gua tertarik sama dance company kayak gitu.
Kalo kejenuhan ada ga mas?
Enggak sama sekali, alhamdulillah, itulah mereka, mungkin kita disini yang paling bangor yak. Paling susah dibilangin, dan mereka paling ngerti keadaan. Akhirnya gue betah dan sadar sendiri. Ini jujur ya, dari dulu gue ngerasa udah ini apa ini apa, tapi betah.
9.    Selain musisi kan kalian juga bekerja sebagai pebisnis musik, bagaimana kalian melihat kondisi industri musik indonesia saat ini? Terus secara kualitas, band-band atau penyanyi-penyanyinya gimana? Naik atau turun menurut kalian?
Semenjak adanya digital, digital itu merebak ya kira-kira tahun 2000an, rekaman sudah mulai digital, pendistribusian mulai digital, pembayaran sudah digital, semenjak ada digital semuanya ga punya bates. Dulu contoh, dulu waktu kita mau muncul, supaya video klip dilihat orang harus lewat tv. Sekarang youtube, itu sudah menjadi breaktrough yang luar biasa. Dulu kita baru bisa mengedarkan cd kita hanya lewat agen agen, sekarang sudah bisa lewat internet. By email juga bisa. Supaya orang yang dimanapun bisa terima lagu kita. Sekarang kan tinggal transfer. Jadi gini, semenjaka danya digital, semuanya ini berubvah. Pilihan kita hanya gini, mau ikut, berubah ato ngeyel. Mau cara konvensional. Mungkin cara konvensional ada nilai baiknya, tapi perkembangan jaman harus juga diikutin. Dulu mau rekaman harus beli pita dulu. Itu harganya 3 juta satu buletan itu. Kalo sekarang hardisk tinggal colok mana aja kan bisa. Kalo dulu kan pita, artinya secara industri, generasi sekarang dipermudah untuk segala caranya. Saya pikir saya harus bisa jaga keseimbangan, yang namanya teknologi jangan dijauhi, tapi diikuti, jualan lewat itunes, ya kita jualan lewat itunes. Mau jualan pake cd, ya kita cetak gausah banyak-banyak lah. Tapi tetetp ada yang emnyukai cd.
Kalo saya sendiri jujur sangat bersyujkur telah melampaui tahap-tahap manual, analog ya, era kita terakhir, kita sangat beruntung ya bisa merasakan itu karena kita jujur dalam proses, namanya berksesnian, itu proses meditasinya lebih kerasa di manual, ketimbang saat-saat menjadi digital ya. Nah sayangnya musisi-musisi sekarang mungkin belum ada yang melampaui, kalo ngomongin pita, pasti ribet gitu ya. Mungkin generasi 2000an ini ya. Ya akhirnya, mereka jujur buat saya ada kecenderungan untuk melahirkan apa yang sifatnya, monoton. Karena mereka ga melalui tahapan,proses berkreatif yang seperti itu. Dan itu semua tergantung dari kemauan dari label dan industrinya sendiri. Menganggap, “udahlah, bikin yang kayak gini” , jadi instan. Kalo kita dulu, itu mau rekaman itu sakral, kita mau rekaman di studio, bener-bener, “wah, besok kita rekaman”. Kalo sekarang mah, mau rekaman tinggal colok di rumah. Beda dangan dulu ada sensasinya, dan semua energi dan ketulusan, dan sekeseriusan yang kita luangkan untuk rekaman. Soalnya kita masuk ke studio besar kalo dulu. Nah, sekarang dimanapun bisa, akan tatapi itu yang kurang dialamin di generasi jaman sekarang. Kalo kita sudah pake jaman sekarang, tapi kita sudah mengalami susahnya jaman dulu. Contohnya kayak mau bikin nasi goreng, tapi sekarang bumbu nasi goreng ada dimana mana,. Kalo dulu ibu saya mau bikin bumbunya aja dipilihin satu-satu bawang dan cabenya, ngulek. Nah disini ada kedalaman atau deepnya, itu yang tidak dialami oleh generasi yang ada jaman ini. Seharusnya mereka getol mempelajari yang analog, seperti gimana cara main keyboard gini, nyanyi gini,. Anak sekarang itu tidak punya previelege seperti kita, kayak beli pita milih pita, jadi secara ritual kita beruntung melewati masa itu.
10. Awalnya kan kalian bikin band untuk sekedar fun saja, tapi ternyata sekarang sudah menghasilkan 2 album. Gimana perasaan kalian?
11. Adakah massage atau pesan-pesan khusus gak sih di tiap-tiap album kalian? Terus album terakhir “happy together” apa pesan kalian untuk penggemar TDC?
Dari konten gaya, musiknya semuanya beda. Kita menyentuh hal-hal yang secara spontanitas, kreatifnya itu dimaksimalkan, dan hasilnya, perjalanan kita dari tahun 2009, sampe masuk album happy together ini, kan kita ga pernah bikin lagu, khusus album. Kita bikin album happy together ini semuanya bikin, hampir semuanya, ini dibelakang panggung ketika lagi ada job bareng-bareng. Iseng-iseng berahdiah kita rekam, dan ide-ide itu, dan itu kita sortir ini lagunya aneh tuh, justru malah kita nyari yang nyeleneh-nyeleneh, dan emmang ga ada pengulangan, dan di album oertama kita, ada lagu yang modelnya swing dan disini ga ada. Hits kita malah papa rocknroll yang langsung mengidentikkand enagn the dance company. Nah di album ini ga ada yang model kayak gitu. Jadi the dance company ini bukan sebuah band dengan genere khusus. Dan di album ini kita tunjukin bahwa genre ini bukan kiblat kita membuat album. Dan kiblat kita memang harus happy. Kalo ga happy, kita ga akan ngelakuin proses kreatuif, kira-kora daftar lagu yang kita ada 10. Dan terpilih 7. Hehee lupa gue. Dan itu yang paling happy di waktu itu. Dikerjain Cuma 7, yaudah, cuek aja. Yang tiga lagi ga usah diterusin.
Pembuatan happy together berapa lama ya?
Kalo proses recordingnya sih ga nyampe tiga bulan udah jadi album itu sampe mastering ya, nah proses terakir ini mas baim yang paling jago. Nah jujur aja kita ini sangat tergantung pada keadannya mas baim pas lagi rekaman. Nah dia yang paling mumpuni mengerjakan semuanya, dan se wild mungkin, lalu dia bilang “aahhh, lagi bersihin sampah kamuu” “ada tukang baksooo” “bunyii ujaan” dalam artian mixing. Mastering dan basic enggineringnya.
12. Bagaimana proses pembuatan album? Sementara kalian berempat kan susah untuk samain jadwal, karena kesibukan masing-masing personil.
Kita sih ga pernah menyesuaikan jadwal, karena sudah ada managenent yang buat, bertahun-tahun ini terbukti dia cukup tangguh, mengatasi 4 orang jendral, karena mereka masing-masing punya projek juga, dan punya kebutuhan keluarga juga, inilah yang harus disupport itu mas junaedi ini haha. Ini lah wjawaban kunci dari kita untuk menyelesaikan masalah jadwal ini. Walaupun masih banyak bolong-bolongnya, ternyata mereka menawarkan ke klien-klien kita, dan keadaan yang sejujurnya tidak bisa membuat mereka ini pusing, kecuali kayak bentrokan-bentrokan yang dulu pernah ariyo alami soalnya harus-harus pergi karena ada job lain. Kayak ngatur jam gitu ngatur jadwal, kalo molor ya cabut ke tempat lain gitu, dia okein ya udah.
13. Kalo manggung, kalo satu personil tidak bisa hadir, gimana ngakalinnya? Apakah pakai additional player atau gajadi manggung?
Kalo mesti kita manggung tanpa personil lengkap, pasti ada additional player, ya kalo emang akustikan yaudah bertiga aja.
14. Btw, soal papa rocknroll yang dulu ngehits nih, sebenarnya di antara kalian siapa yang paling takut sama istri?
Takut dalam arti hormat ya, dan terutama menghagai. Dan kalo takut ga berani ngapa-ngapain, itu nggaka da sih sebenarnya itu ga ada. Kita nganggep istri kita majikan, jadi kita bukan takut, tapi hormat, hahahahah itu istilah kita aja, kalo majikan. Kalo hormat hasilnya hormat, kalo takut hasilnya kekuasaan. Jadilah kepala apapun yang disayangi, bukan ditakuti. Kita juga bisa gini karena doa dari mereka. Dan ini arti rock n roll dari the dance company.
15. Gaya kalian kan ngerock banget, yang dandannya paling lama sebelum nampil siapa?
Ariyo lah jelas,
Baim lah
Gue mah cepet sampe loby, yang penting ada budget ya hahaha, kalo ga ada budget kita bakal la wakakkaa
Pertanyaan-pertanyaan siapa yang paling itu susah dijawabnya ahahaha, paling baim selalu pengen pipis sebelum naik panggung, kenapa ga 5 menit sebelumnya. Selalu mepet. Tuh kan kita berantem gara-gara lo nanya itu sih.
16. Apa obsesi dan target The Dance Company selanjutnya ? contohnya buat konser atau buku ?

Bikin film, kita udah buat tapi bukan kita sebagai penyanyi, diluar itu. Kita akan menjadi aktor. Sudah ada skrip dan sinopsisnya, masih dalam penggodokan untuk pendanaan saja. Ga ada urusannya sama band, kayak film holywood yang pemainnya anak band tapi bukan tentang band.

Comments

Popular posts from this blog

Playlist Lagu Masa-masa Mencari Pekerjaan

Morfem – Hey, Makan Tuh Gitar: Album Kedua Tetap Berenergi

The SIGIT – Detourn: Kembalinya Para Druids